Busan-Seoul Trip : Day 4 (07 Januari 2012)


Nami Island, Lotte World, Seoul Tower, Myeongdong


On the wayyy..

Naek kapal penyeberangan menuju Nami Island

Morning, Seoul!! 
Meski 3 hari sebelumnya sudah lelah kesana-kemari di Busan dan Gyeong Ju, pagi ini semangat kami terbarukan karena kami akan ke NAMI ISLAND hari ini. YUP! Pulau ini sebenarnya adalah outdoor studio yang digunakan untuk shooting drama Korea yang paling terkenal pada jamannya, WINTER SONATA! Untuk memudahkan gerak kami hari itu, kami membeli single Journey ticket subway. Dari Hyehwa Station, pertama kami menuju ke Sangbong Station untuk ganti line subway menuju Gapyeong Station, stasiun terdekat ke Nami Island. Ya, sepertinya Gapyeong Station ini letaknya agak di luar kota Seoul. Well, dari Gapyeong Station ini ada beberapa alternatif yang bisa diambil untuk sampai ke gerbang Nami Island. Either you take a walk around 25 min (1,6 km) or 5 min by bus/taxi (kurleb 3000 KRW). Berhubung kami tak mau tepar di hari pertama, kami memilih naik bis saja. Namun bis menuju kesana tak sebanyak bis Nishitetsu yang datang hampir 5 menit sekali. Lama menunggu kami sempat berpikir untuk naik taksi saja, masalahnyaaa..kami fakir bahasa Korea, Sodara-sodara. Namun yang namanya rejeki tak kemana, tak lama datanglah sepasang muda-mudi menghampiri kami dan voila! mereka berbahasa Inggris. Usut punya usut, mereka adalah mahasiswa dari Taiwan yang sedang liburan ke Korea juga. Si cewek ini mahir berbahasa Korea, sayangnya mereka juga *travelerkere yang ingin semuanya serba hemat mat mat mat!! Mereka pun menawari kami untuk naik taksi bersama-sama sehingga biayanya lebih murah!! YIPPI!! Maka nikmat Alloh yang mana lagi yang kamu dustakan, kawan? Tak berlama-lama kami pun hok oh hok oh ngangguk dan segera menuju ke taksi yang parkir di depan Gapyeong Station. Intinya sih, kalo kamu budget traveler dan fakir bahasa, pasang tampang bingung dan pah poh maka akan banyak bantuan datang menghampirimu. Wkwkwkwkwkkk!! Ini jurus pernah juga dipake waktu kami liburan musim panas ke Tokyo tahun sebelumnya. Terbukti ampuh, Sodara-sodara! 

Belum sempat kami ngobrol lebih banyak, tau-tau kami sudah sampai di gerbang Nami Island. Dan disitulah kami berpisah. Masak iya kami berempat mo runtang-runtung kayak tour group gitu. Lagian mereka kan pacaran, lha kitah?? Ah sudahlah tak usah dibahas, bikin hati makin galau. Untuk sampai ke Nami Island, kami harus melewati gerbang imigrasi dulu karena Nami Island sepertinya di-set sebagai “republik terpisah”. Kami harus beli tiket, mereka menyebutnya visa sebesar 8000 KRW dan naik kereta feri menuju pulau kecil di seberang sana. Yang menarik, feri ini dilengkapi dengan bendera-bendera negara yang punya hubungan diplomatik dengan Korea, termasuk Indonesia. Menginjakkan kaki di tanah Nami masih belum kebayang seperti apa isinya. Makin masuk dan masuk, isinya sih smacam miniatur kota dengan segala fasilitasnya. Bahkan ada money changer juga. Terdapat beberapa spot yang konon sering muncul di drama. Sayangnya, dulu saya ga gitu hobi nonton dramanya. Diah lah yang sempat nonton pas waktu mo brangkat ke Korea. Hahaha, alasannya sih biar lebih dapet soul-nya pas udah di Nami. Jadinya ya Diah lah yang jadi tour guide pribadi saya menjelaskan kronologis adegan demi adegan disitu. Saya lebih antusias foto-foto sama bongkahan es dan salju yang tersisa bekas hujan salju beberapa hari yang lalu. Ndeso yo ben!! Karena saya pikir, kapan lagi saya bisa ngrasain salju? Di Fukuoka dipastikan tak akan ada salju di musim dingin ini (nyatanya sih salah, sepulang dari Korea, Fukuoka bersaljuuu!! Meski hanya 2 hari). Diah yang sudah khatam dengan salju waktu di Hokkaido dengan sabar melayani nafsu narsis saya dengan salju. Feel blessed having you as my partner, Dee!! Yang sabar yaa!! #pukpuk


Selamat datanggg!

Landmark khas Nami deh kayaknya..

Maenan salju, literally! #ndeso


Selain bongkahan es dan spot drama, vandalisme yang ada di Nami Island juga menarik perhatian saya. Ternyata orang Korea cukup vandal ya. Terbukti dimana ada area kosong, terdapat coretan-coretan yang saya ga tau pasti apa isinya. Beberapa kali juga sempat membaca tulisan orang Indonesia nangkring disana. Ini sih ga heran saya! Selain itu, pemandangan yang makin bikin keki adalah banyaknya pasangan yang pake baju couple riwa-riwi di sekitar kami. Iya sih, ini Korea! Tapi tapi tapiii.. gatau apa kami ini sepasang cewek yang galau karena lama tak ketemu pacar??!! Hahahaha.. Dan tanpa terasa, hari mulai gelap, kamipun memutuskan kembali ke Seoul, menuju ke Lotte World!! Yeyyyy!! Begitu sampai di depan gerbang Lotte World, semangat kami turun melihat penampakan depannya. Dengan harga setengah hari yang 15.500 KRW, rasanya kok kurang worth to try. Akhirnya diputuskan untuk batal masuk dan makan aja food court dekat Lotte World. Minimal udah sampai depannya lah yaa! Saat antri tiket balik, samar-samar terdengar Nihonjin ngobrol. Dari beberapa kata yang sempat kami tangkap, mereka bingung cara beli tiket subwaynya gimana. Oh my.. ternyata ga cuma kami yang fakir bahasa. Padahal ada petunjuk bahasa Jepangnya lho di mesin tiket. Dengan bahasa Jepang kami yang cukup belepotan, kamipun menawarkan bantuan *merasa ga pah poh kali ini, yeay! 

Batal masuk Lotte World, kami pun tak patah arang dan melanjutkan perjalanan menuju ke SEOUL TOWER! Atau sering juga disebut Namsan Seoul Tower karena letaknya ada di daerah Namsan. Disini kami sudah janjian bertemu dengan teman Korea Maysa. Maysa memberikan mandat kepada kami untuk menyerahkan uang seribuan ke doi sebagai kenang-kenangan. Ini adalah misi penting kenegaraan!! Hahaha. Singkat cerita, kami akhirnya bertemu dengan orang Korea ini (aku bayangin wajahnya ga bakal jauh dari personel Suju atau Rain lah, dan faktanya ga jauh sih emang). Dan sebagai tanda pertemanan, tiket masuk Seoul Tower pun dibayari oleh si doi. Ngalkamdulillah!! Rejeki lagiii!! Tiket seharga 14.000 KRW ini sudah termasuk paket yang meliputi ruang observatorium di atas dan Teddy Bear museum. Di Teddy Bear museum ini digambarkan secara lengkap sejarah Korea sejak jaman kerajaan hingga masa kini. Ini yang punya ide siapa sih, bisa se-detail dan se-keren ini? Namanya juga Teddy Bear Museum, jadi isinya adalah smacam diorama yang diperanin oleh boneka beruang kecil. Puas di museum, kamipun naik ke ruang observatorium. Dari atas sini bisa dilihat landscape Seoul, dengan warna-warni lampu yang memukau siapapun yang melihatnya *agaklebay*. Emang bagusnya kesini malam hari, lebih romantis. Di beberapa tempat ada tulisan yang mengarah ke berbagai ibukota negara di dunia seperti Tokyo berikut dengan jaraknya dari Seoul. Bahagia rasanya melihat Jakarta ada di deretan tulisan itu. Minimal kita dikenal sih oleh orang luar *ya menurut ngana??!! Di banyak sudut terdapat spot untuk para pasangan yang ingin menikmati suasana romantis di tower ini. Di beberapa lokasi juga khusus disediakan “area-ekspresi” dimana kamu bisa beli smacam keramik magnet kecil untuk diberi tulisan dan ditempel di dinding-dinding yang sudah disediakan. Kalo mau yang agak romantis, ada area “Gembok Cinta” yang udah terkenal itu. Sayang, karena Seoul Tower hanya buka sampai jam 11 malam dan teman Korea kami sudah agak lelah karena seharian bekerja, kami pun memutuskan untuk keluar dan berpisah. Tapi kami masih sempat berjanji untuk bertemu lagi sebelum balik ke Fukuoka. 


Jadi inget Janggem


Alih-alih kecapekan dan kembali ke hostel, kami tak mau rugi bandar. Dari Seoul Tower, kami nekat menuju Myeongdong, sekedar jalan-jalan malam *padahal kaki udah ga berasa kaki lagi!! As we expected, ini area isinya hampiiirrrr toko kosmetik semua, mulai dari Etude, Nature Republic, The Face Shop, Holika Holika, dsb. Untungnya kami bukan penggila kosmetik jadi ya hanya menikmati suasananya saja. Hal menarik yang kami temui disini adalah saat melihat mbak-mbak Korea dengan PD-nya memakai short skirt di musim dingin seperti sekarang. Itu SUGOI sekali lho, Mbak!! Kami aja pake baju lapis 3 dan syal, sementara ente? Waow!! Kupikir ga kedinginan, tapi ternyata saat jalan sama temennya, pelukan juga sambil usap-usap lengan tanda kedinginan. Howalahhhh mbak, nek ntar masuk angin gimana coba??! Menjelang tengah malam, kami pun menyerah dan kembali ke hostel setelah sebelumnya membeli mie instan di toko 24 jam. Itadakimasu!! 




Ckckckckk, itu pasti semriwingggg sekali!

No comments:

Post a Comment