Kapan Pulang? Oleh-oleh ya..

Ini dia momen yang paling bikin saya pengen lompat dari balkon. Saya tau itu karena mereka sudah sedemikian kangennya dengan saya, atau mungkin sekedar basa-basi, atau bermakna tendensi di belakangnya, tapi yang jelas saya paling ga suka kalau pembicaraan sudah sampai pada "KAPAN PULANG?"

Alih-alih berpesan "ati-ati di jalan ya!" atau "jangan sedih ya, kami semua merindukan dan menunggumu sampai dengan selamat disini", pertanyaan "KAPAN PULANG" ini hanya berakhir pada sedih yang tak berujung bagi saya. Selama ini, yang sebagian besar orang lihat adalah bagaimana saya seolah-olah hidup mewah bergelimang yen disini. Yes, I am. Tapi tahukah bahwa saya juga harus bertanggung jawab dalam penggunaan yen demi yen itu dengan bijak? Biayain makan dan keperluan harian, harus bayar ini itu dan sebagainya? NO! I guess, you are not!



KAPAN PULANG??!! (gambar dari sini)


Pulang..pulang..pulang..PULANG!! Memikirkan satu kata itu cukup membuat saya stres belakangan ini. Alasan adalah karena di saat teman-teman mulai betah dengan pekerjaannya, di saat teman-teman tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, saat undangan nikahan bertebaran di mana-mana *berikut foto-foto pre dan post weddingnya, dan beberapa bayi mungil pun mulai menjadi profil picture mereka di facebook, saya [masih] disini.


STOP! 
Jangan bilang saya kurang bersyukur. Senang, bangga, bersyukur, jelas! Tapi saya pikir wajar kalau saya mulai khawatir akan keberlanjutan hari-hari saya sepulang dari sini. Dan justru di saat saya sedang dalam situasi yang amat sangat sungguh rumit itu, tiba-tiba serentetan message dan wall tiba-tiba bertengger di FB, nitip barang khas Jepang ini itu. Well, satu hal yang harus Saudara-saudara sekalian ketahui, bahwa di saat Anda memutuskan dan mengatakan Anda minta tolong dibelikan barang A dan B, ada 20 orang di saat yang sama memikirkan atau mengatakan hal yang sama pula. Jadi bagaimana menurut anda menyikapi posisi saya sekarang ini?

Ada beberapa hal yang mungkin perlu saya jelaskan untuk urusan titip-titipan barang ini:


Pasal 1: Saya hanya mahasiswa, yang kadang masih bertahan dengan makan nasi telur >__<
Pasal 2: Jatah bagasi saya cuma 20kg, bukan 50kg semacam saya pergi pindahan kos.

Pasal 3: Saya tak berniat buka toko Suvenir khas Jepang setibanya di rumah.
Pasal 4: Tidak ada istilah "barang murah" di Jepang*


*meski sudah ada konversi dunia, 3,5 juta rupiahmu disini hanya akan dihargai 19ribu yen. Yang artinya? dengan 3,5 juta yang menjadi 19.000 yen itu, hanya cukup untuk bayar sewa dorm dan asuransi kesehatan 1 bulan (11.700yen), dan bayar kartu bis 1 bulan (7000yen)!! 


Maka, dengan melihat, menimbang, dan memahami 4 point penting di atas, dimohon dengan sangat kepada segenap sanak keluarga dan sahabat-sahabat sekalian untuk bisa memaklumi kondisi saya. Bagi rekan-rekan yang sudah berbaik hati, titip untuk dibelikan barang dan bersedia menerima syarat kondisi pengiriman beserta ongkirnya, terimakasih sudah mau memahami posisi saya..

Soooo, buat yang sering inbox saya, *padahal seumur saya punya facebook aja ga pernah nyapa. Buat yang di bulan kesekian saya di Jepang masih saja bertanya:
"sekarang lagi dimana? Di Jepang ya? Wah kereeen!" etc, hingga berujung pada:
"eh, boleh nitip ini ga? Nanti sampe Indo tak ganti deh!" #default, saya tegaskan sekali lagi, saya PELAJAR, bukan menjadi WHOLESALER PRODUK [asli] JEPANG. Saya sayang kalian semua, saya mau berguna buat kalian meski sebelumnya kadang kalian ga pernah menganggap saya ada, tapi apa daya, saya hanya mahasiswa biasa.

Bukan hanya saya lho, yang mengalami dilema seperti ini. Jadi kapan kalian berhenti dan memaklumi kondisi saya sekarang ini?

Kalo Saya Bicara tentang Negara

Sesaat sebelum memutuskan menulis judul ini, teringat kata-kata bapak di rumah kalo pas kebetulan saya nyeletuk tentang keadaan Indonesia. "alahhhh, tumben Nduk awakmu mikir negoro?" Saat itu, saya dan ibu kontan tertawa ngakak. Tapi seriously, belakangan ini saya kepikiran status facebook salah satu temen tempo hari:

== kalau dulu Soekarno teriak "beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia" sedangkan orang sekarang bilang "beri aku 10 pemuda, maka akan kubentuk boyband" ==

Ngakak pas baca itu, tapi lalu mikir (jarang banget ini saya mikir). Benar juga kata dia. Melihat kondisi pemuda Indonesia (secara umum) sekarang, memang sudah parah. Beberapa hari lalu, saya membuat presentasi dalam bahasa Jepang tentang perbedaan jenis Social Network yang digunakan orang Indonesia dan Jepang. Dan inilah yang saya temukan pertama kali di Socialbakers :

Memang benar Indonesia masuk 5 besar negara berpenduduk terbanyak di dunia, that's why pengguna facebook di Indonesia terbanyak kedua. Tapi taukah kamu bahwa range umur pengguna facebook aktif terbanyak adalah antara 18-24 tahun which is usia produktif pemuda-pemudi Indonesia mengembangkan potensi otaknya? 
dan ngenesnya lagi, sebanyak 12% pengguna facebook di Indonesia berusia 13-15 tahun. Dengan total pengguna sebanyak 441.777.240 jiwa, maka ada sekitar 5000 jiwa penggunanya adalah ABG-ABG ini. Parah sodara-sodara! Berdasarkan pengalaman saya di dunia per-facebook-an, ABG-ABG ini (termasuk yang berusia 16-17 tahun) dipastikan punya nama akun yang aneh-aneh bin alay. Sebut saja Ikan Mas yang Tersakiti yang baru jadi hot topic perbincangan saya dengan Diah. Yang kemudian membuat perbincangan jadi makin panjang adalah doi punya cowok yang namanya tak kalah alay, Keong Syg Ikan Mas. Hell oooooo! Sejak kapan Ikan Mas bisa menjalin hubungan asmara dengan Keong? Saya juga pernah alay (yang mana alay jaman saya amat sangat berbeda dengan alay jaman sekarang --> semacam foto pake hape dari atas, atau pakai nama alay di Friendster..hahaha, keliatan banget jadulnya..dan saya malu tiap kali mengingatnya), jadi saya paham benar bagaimana rasanya jadi alay. Tidak saya pungkiri, saya membenarkan kata-kata Raditya Dika kalo proses tumbuh seseorang manusia (orang Indonesia khususnya) itu dimulai dari bayi-->anak-anak-->remaja-->alaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaay-->dewasa-->tua. Kenapa bagian alay menjadi begitu panjang bukan kepalang? Karena bagian ini adalah bagian paling ribet, njlimet, complicated. Susah dimengerti! (setuju, Sodara-sodara sekalian?) Apa susahnya sih pake nama asli? Nama itu diberikan oleh orang tua kalian sebagai doa! Kenapa lebih bangga pake nama hewan, sayang? #jedukin jidat ke tembok. Saya ga benci ato anti alay, tapi let's think about this! Nasib masa depan negara ada di tangan saya, kami, dan kalian!! #gemes.
Well, kembali ke presentasi bahasa Jepang saya, syahdan, si guru bertanya kepada saya kenapa itu angka pengguna aktif facebook di Indonesia bisa sedemikian besar? Maunya saya jawab: Untuk masalah itu, ada beberapa alasan, sensei..

1. karena facebook di Indonesia didukung oleh barisan-barisan galauers bin alay (ya yang muda dan yang tua) yang aktif curhat di status hampir 5 menit sekali itu (FYI, kalo dulu jaman saya muda, saya sih curhat itu ke buku diary #cieee..masih jaman?!!). Kembali ke data di atas.
2.  Selain untuk aplod foto, video, check in lagi dimana dan sebagainya, orang Indonesia sekarang lebih nyaman BERDOA di facebook. 
3. Bukan hanya manusia yang bermain facebook di Indonesia, Tapi semua hewan sekarang punya akun di facebook. Ga percaya? Silakan cek sendiri dan anda akan tercengang dengan hasilnya :D


Tapi jawaban itu saya urungkan karena lagi-lagi saya bawa nama bangsa dan negara di dunia persilatan ini. Jawaban saya pun diplomatis, karena facebook punya bla bla bla bla. Presentasi selesai, bukan berarti masalah generasi muda Indonesia selesai. Pemikiran panjang tentang nasib masa depan negara saya masih belum selesai. Anyway, sudah kah anda cek nama anda di facebook? :D

Cerita Awal Tahun 2012 di Jepang

Yippy!! postingan pertama di tahun baru. Banyak yang bertanya bagaimana suasana tahun baru di Jepang, tapi berhubung saya memilih bertahan di zona nyaman saya #baca: kamar dorm, jadi tahun baru di Jepang yaaaa..nothing special! Selain itu, dari dulu juga saya bukan pengikut aliran yang merayakan tahun baru (dalam arti jedor2 kembang api ato nonton konser musik, ato apapun lah). Tapi saya pastikan akan ada cerita seru seputar pengalaman tahun baru di Jepang yang akan segera diposting-kan oleh teman seperjalanan saya, Diah. Tanoshimiiiii..!
Meski tidak secara langsung merasakan pengalaman bertahun baru bersama keluarga Jepang, tapi pengalaman hari ini patut menjadi renungan #beuh, berat bahasanya! Jauh hari sebelum tahun baru datang, banyak orang mewanti-wanti bahwa beberapa departemen store dan grocery akan tutup saat tahun baru. Tahun baru layaknya LEBARAN di Indonesia dimana semua orang pulang kampung, berkumpul bersama keluarga, makan besar, dan bagi-bagi angpao. See? Ini lebarannya ala Jepang kalo saya bilang. Maka tidak heran jika kantor-kantor pelayanan umum juga ikut libur, seperti bank (artinya uang beasiswa baru akan akan turun tgl 4 Januari >_<). Awalnya saya berniat killing time hanya dengan bertahan di kamar hangat nan nyaman saya, namun kulkas bicara lain. Stok makanan kosong, begitu pula dengan beras dan bahan makanan lain. Mau tak mau, saya harus keluar dari zona nyaman dan bergegas keluar menerjang hawa dingin demi membeli....beras!! Beberapa alternatif tujuan sempat terpikir berikut dengan resikonya:



1. Nishitetsu Store yang bisa dijangkau dengan jalan kaki (awal bulan yang kere), tapi mengingat itu toko yang tidak terlalu besar, saya ragu apakah si toko buka di awal tahun ini. Selain itu, berjalan kaki dengan membawa 2 kg beras dan tetek-bengeknya di suhu sedingin ini bukan pilihan yang tepat menurut saya. 
2. Lumiere (Rumieru) adalah toko idaman murah meriah di dekat dorm. Kalau saja sudah charge kartu bis sih ga masalah. Tapi berhubung lagi kere hore, dan kesana itu butuh 310 yen oneway (setara dengan harga 1 kg daging ayam) dan artinya jadi setara dengan 2 kg ayam karena bolak-balik 720 yen, maka diputuskan tidak pergi kesana. >_<
3. FamilyMart. Konbini (convenient store) 24 jam. Deket dorm, bisa jalan kaki juga. Tapi itu artinya saya hanya akan dapat makanan jadi, bukan beras. Artinya lagi saya masih harus keluar dorm besok buat beli makanan lagi. No no no, big no! Dingin2 gini ga baik sering2 keluar dorm kata pacar saya ^^.
4. AEON dept store. Ini nih godaan terbesarnya. Meski harganya standar, ga semurah di Lumiere, tapi tempat ini menyediakan berbagai tempat menarik buat cuci mata. hahaha #alasan. Setelah cek dan ricek schedule bis di internet, berangkatlah saya kesana, meski bisa ditempuh dengan jalan kaki, saya memilih naik bis dan membayar 160 yen. 


Syahdan, saya tiba di bus stop tepat waktu. Tak berapa lama si bis datang!! Yeah, emang Jepang nomer 1 kalo udah ngomong masalah disiplin. Pas lewat toserba terdekat, kok tutup? wah, saya mulai was-was. Jangan2 semua toserba tutup? Aduh, bagaimana dengan nasib perut saya 3 hari ke depan? #lebay! Tapi demi cacing2 di perut, saya tetap pada tujuan awal saya. YEEEE! sampe disana, banyak mobil parkir, dan lampu2 di dalam nyala. Misi berhasil! Melenggang kaki masuk mall, tujuan pertama adalah..starbucks! dingin dari luar membuat saya mendadak pengen minum Azuki Matcha Latte dan sepotong kue-yang-saya-lupa-namanya. Sambil duduk menikmati kopi #sebut saja begitu, sayup2 mbak2 dan mas2 penjaga toko berteriak-teriak pake TOA yang intinya bilang ada sale. WHAT? SALE?!! Ahhhh, kenapa justru di saat kere hore begini ada sale ampe 50%? Stres melanda, semua toko di Aeon berlomba2 jual dagangan dengan harga murah. Bahkan mereka sediakan pula paket khusus yang dibungkus rapi dalam tas. Ga tau juga apa isinya dan gimana dapetinnya. Heboh! Semua orang pada bawa tas belanjaan. Daripada tambah stres, saya putuskan untuk segera membeli beras saja dan langsung pulang. Pengalaman berbulan-bulan kesini, terpatri jelas dalam ingatan saya kalo trayek bis menuju kampus saya hanya ada 1 kali/jam, yaitu di menit ke 35 tiap jamnya. YOSH!! baru jam 6.33, masih kekejer ampe bus stop depan mall. Ringan langkah saya menuju kesana. Banyak orang menunggu dan dengan rapinya membuat antrian. Lagi2, Japanese loves making line! Sambil menunggu, saya amati cewek2 yang bawa tas belanjaan besar, hemmmm, dari labelnya sih baju. Ibaratnya kita saling kenal, beginilah kemungkinan dialog yang terjadi:


Saya : eeee..A-chan, belanja juga?
A : Iyaaa, mumpung lagi diskon. Tadi beli bla bla bla blaaaa...

Saya : Oh, bagus-bagus #sambil manggut-manggut
A : Tas kamu banyak amat, belanja juga?

Saya : eh? iya, hehehe..
A : Beli apa aja kok berat amat keliatannya?

Saya : anuuuu, beras..


#zinkkkkkkkkk..gerombolan suster ngesot lewat :D


oke, itu hanya hayalan orang kere yang ga mampu belanja baju saat diskon digelar. Kembali ke bus stop, ditunggu dan ditunggu kok si bis ga dateng2? Kagak biasanya telat ampe 10 menit. Saya cek ulang jadwal di board, bener kok menit ke 35. ahhh, mungkin bentar lagi. Beberapa kali orang jongkok ngeliat ke jadwal paling bawah. Ditulis pake kanji, kagak ngerti saya. Dan masih belum ngeh, sampe akhirnya setengah jam berlalu. Bukannya apa2, DINGIN MAK!! Pertama karena emang musim dingin, kedua itu mall di tepi pantai, angin Korea datang deh! Meski tak seberapa jauh dari dorm dan bisa dijangkau dengan jalan kaki, bukanlah pilihan yang baik menerjang dinginnya suhu ini dengan membawa belanjaan, terutama beras 2 kg. Arghhhh! Keki dengan si bis, saya cek lagi dan benar saja, Sodara-sodara! Saya salah jadwal! #misuh2! Sehubungan dengan momen akhir dan awal taun, jam operasi bis berubah, bukan di menit ke 35, tapi 25!! GREAT!! Dan sukses saya dibuat kedinginan di halte bis selama kurang lebih 45 menit! Sebenernya bisa saja saya balik lagi ke dalam mall, tapi jalan-jalan cuci mata dengan nenteng belanjaan dan BERAS juga bukan ide yang bagus. Nah, ini cerita awal tahun saya, bagaimana cerita awal tahun anda?