Busan-Seoul Episode : BUDGETING

Setelah membahas tentang liburan singkat kami ke Busan-Seoul selama 7 hari, pasti nanya berapa banyak uang yang kami alokasikan untuk liburan ini. Well, sekali lagi kami ulangi bahwa kami bukan traveler blogger yang duduk di posisi “traveler serbatau” mengenai dimana, apa, dan berapa. Kami hanya kebetulan saja pernah liburan kesana dengan budget yang benar-benar minim karena ini bukanlah liburan yang direncanakan seperti halnya liburan musim panas tahun sebelumnya ke Osaka-Kyoto-Tokyo. Sumber dananya pun berasal dari jatah bulanan beasiswa yang kami cukup-cukupkan sehingga cukup. Jadi, habis berapa to? Total keseluruhan waktu itu kami habis sekitar 70.000 yen (kurleb 7,5 jutaan, maybe) dengan rincian sebagai berikut :

Tiket promo Korean Air (roundtrip): 17.000 yen
Re-entry permit Jepang : 3.000 yen
Visa Korea : 3.000 yen
Hostel di Busan (Mint House) 1.700 x 3 : 5.400 yen
Hostel di Seoul (Mr. Sea Backpacker) 1.300 x 3 : 3.900 yen
Makan : 10.000 yen
Transportasi dan tiket masuk lokasi wisata : 17.000 yen
Lain-lain (termasuk oleh-oleh) : 10.700 yen
Total = 70.000 yen

Dalam setiap perjalanan liburan yang kami lakukan, prinsip yang saya dan partner in crime saya, Diah, lakukan adalah dengan uang seminim-minimnya bisa menikmati liburan sepuas-puasnya. Oleh sebab itu, kami tak pernah mencari hostel dengan fasilitas yang wow karena bagi kami pilihan menginap di hostel hanya satu-satunya cara agar kami tidak tidur di sembarang tempat, menggelandang di negeri orang. Asal bisa buat merebahkan badan, it’s more than enough. Bahkan kalau ada alternatif lain, seperti naik kereta atau bis malam, pasti kami jabanin. Seperti yang pernah kami lakukan sewaktu liburan ke Tokyo tahun lalu.

Untuk makan pun juga demikian. Selama masih ada 24 hour shop macam Sevel, Lawson, FamilyMart, atau G25, maka bento dan onigiri adalah makanan paling enak buat mulut, perut, dan dompet kami. Hanya beberapa kali waktu kami memang sempatkan untuk makan masakan khas yang “agak mewah”. Jauh-jauh kesana masak cuma makan onigiri? Oh come on.. Kita kere tapi ya gak gitu juga kaliiii.. hahaha..

Makan di restoran (macak sugih)

Esoknya di Fastfood, wkwkwkkk


Sedangkan untuk transportasi, Diah lah yang paling jago itung-itungan (maklum, kepala saya agak bebal kalo udah urusan itung-itungan). Mau pilih One-day pass ticket atau beli tiket di setiap stasiun itu biasanya diputuskan sesuai rencana yang akan dilakukan hari itu juga. Maka yang namanya “mau kemana saja kita?” ato “setelah itu kemana?” ini harus dipersiapkan jauh-jauh hari ato malam sebelumnya untuk meminimalisir membengkaknya biaya seperti harus bolak-balik menggunakan kereta dengan jalur yang sama padahal hanya selisih beberapa stasiun pemberhentian. Jadi, yang namanya PETA itu PENTING banget pemirsah! Entah peta line kereta ato subway! 

Busan-Seoul Trip : Day 6 (09 Januari 2012)


Daejanggeum Theme Park, Cheongdokgung, Samziegil-Insadong, Sekitaran Hostel, Busan by KTX

Hari terakhir di Seoul kami mulai dengan perjalanan jauh menuju Daejanggeum Theme Park. Siapa yang ga kenal serial Dejanggem, Jewel in the Palace, coba? Di websitenya tertulis bahwa theme park ini direncanakan akan ditutup pada akhir Desember 2011. Padahal ini kan sudah Januari 2012? Tapi karena kami ngeyel, kami masih beranggapan masih bisa lah dateng kesana. Kan baru rencana, sapa tau belum jadi ditutup?? Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Setelah menempuh perjalanan jauh, dan sempat kebingungan, dan akhirnya bertanya ke tourist center, ternyata benar adanya bahwa theme park ini sudah ditutup!! Dengan hati gondok segondok-gondoknya, kami ambil tiket balik dan menggelandang tak tentu arah di jalanan kota Seoul. Kelaparan melanda hingga kami putuskan untuk mampir ke salah satu warung makan tradisional, pesan masakan jejamuran dan teri-terian apalah namanya. Pokoknya yang ada di menu itu dan tidak ada tulisan babinya. Usai makan, kami jalan lagi *kereprove* tak tentu arah hingga sampai di Cheongdokgung Palace. Tapi berhubung hari Senin, dimana jadwalnya istana ini untuk tutup, kami harus puas foto-foto di luar istana. Untungnya di depan istana ini ada Cafe Nescafe, sejenak melepas kekecewaan bertubi-tubi dengan secangkir kopi rasanya impas. 

Sudah tutup theme park-nya Sodara2!

Jepretan di jalanan Seoul

Mood Booster hari itu..

Biar kate tutup, saya keukeuh poto di depannya


Menjelang sore, kami langkahkan kaki kami menuju ke Insadong, kawasan belanja lain yang terdapat di Seoul. Isinya sih kebanyakan toko suvenir dan beberapa toko baju serta sepatu. Menariknya disini, kami sempat bertemu beberapa cowok Korea berpakaian seragam tentara. Mereka pasti sedang menjalani Wamil. Tapi kok bisa jalan-jalan sore yak?

Salah satu toko suvenir di Insadong

Mas Wamil, godain kita dong!


 Untuk killing time, kami mencari aman dengan berjalan-jalan di sekitar hostel saja karena malamnya kami harus kembali hostel di Busan untuk selanjutnya balik ke Fukuoka esok harinya di pagi buta. Di Seoul Station kami sempat bertemu lagi dengan teman Korea kami yang menitipkan sesuatu untuk Maysa dan kami ditraktir makan di Mc D dengan menu khas Korea. Time to say good bye to Seoul!! Busan, here we come!! Malam itu sesampainya di hostel kami tau bahwa ternyata hostel kosong tak berpenghuni, jadilah kami berasa pemilik tunggal hostel. What a wonderful life!! Saatnya tidur dan kembali ke Fukuoka besok pagi!!Oyasumiiii!!

Busan-Seoul Trip : Day 5 (08 Januari 2012)


Gyeongbokgung, Hanok, Seoul World Cup Stadium, Dongdaemun for Shopping

Hari kelima di Korea!! 
Sesuai rencana yang sudah disepakati sebelumnya, hari ini kami akan bertemu dengan teman kampus saya yang sedang kuliah di Seoul. Ada Sisko teman seangkatan, lalu Rois adik angkatan, serta mas Muhlis dan mas Endy kakak angkatan, dan beberapa mahasiswa Indonesia di Seoul. Kamipun bertemu di Gyeongbokgung Palace. Setelah ngobrol sambil nunggu beberapa teman, kami masuk dan menikmati pemandangan bekas istana raja-raja Korea ini. Di dalam kompleks istana, terdapat The National Folk Museum of Korea yang dibagi menjadi 3 exhibition hall. Yang pertama tentang sejarah dari orang Korea sejak jaman Paleolitikum sampai abad ke-19. Yang kedua adalah tentang siklus hidup yang dipercayai oleh orang Korea, menceritakan tentang kehidupan mereka sejak lair hingga meninggal dunia. Dan yang terakhir tentang cara hidup orang Korea yang dibagi ke dalam 4 musim yang terjadi di Korea sendiri. Menarik sekali. Dan lagi-lagi saya ga bisa untuk ga bandingin museum ini dengan museum yang kita miliki di Indonesia. Hemmmmph! *tariknapasdalamdalam. Puas berkeliling istana dan museum, kami pun ditraktir makan di salah satu tempat favorit mereka. Berat memang untuk berpisah, tapi kami masih punya schedule lain. Thanks for the hospitality, Senpai!! 







Perjalanan kami lanjutkan ke Bukchon Hanok Village yang masih di sekitaran area istana raja-raja Korea. Kalo dibilang, ini smacam kampung tradisionalnya Korea dimana kamu bisa menemukan rumah tradisional jaman dinasti Joseon. Disini juga banyak terdapat restoran-restoran, pusat kerajinan, cultural center, serta tea houses yang bisa memuaskan keinginan kita untuk belajar tentang budaya tradisional Korea. 

Hanok Village

Capek jalan kaki, kami putuskan segera menuju ke Seoul World Cup Stadium. Setelah puas berfoto dan menghabiskan segelas kopi panas, kami pun kembali ke Myeongdong untuk nonton The Cooking Nanta. Namun setelah dipiki-piki, tiketnya kok mahal yak? Akhirnya niat pun tinggal niat, alih-alih nonton, kami hanya duduk-duduk di depan tiket box dan foto-foto pencitraan. Wkwkwkwk!! Agak larut kami beranjak ke Dongdaemun untuk beli oleh-oleh khas Korea. Konon di lantai atas Doota Mall ada toko suvenir yang penjualnya bisa bahasa Indonesia dan benar saja, begitu kami sampai, sapaan sopan penjualnya membuat kami terbuai. Bahasa Inggris yang dia gunakan pun otomatis switch ke bahasa Indonesia begitu tau kami dari Indonesia. Ada beberapa foto artis Indonesia nampang disana macam Fauzi Baadilah, Primus Yustisio, Dik Doank, dan beberapa testimoni orang Indonesia. Jadi mikir, kenapa Indonesia? Apa karena orang Indonesia doyan belanja, konsumeris? Hihihiii.. Sabodo teuing lah! Yang penting dapet oleh-oleh banyak dan didiskon,, wkwkwkkwkkk!! 






Busan-Seoul Trip : Day 4 (07 Januari 2012)


Nami Island, Lotte World, Seoul Tower, Myeongdong


On the wayyy..

Naek kapal penyeberangan menuju Nami Island

Morning, Seoul!! 
Meski 3 hari sebelumnya sudah lelah kesana-kemari di Busan dan Gyeong Ju, pagi ini semangat kami terbarukan karena kami akan ke NAMI ISLAND hari ini. YUP! Pulau ini sebenarnya adalah outdoor studio yang digunakan untuk shooting drama Korea yang paling terkenal pada jamannya, WINTER SONATA! Untuk memudahkan gerak kami hari itu, kami membeli single Journey ticket subway. Dari Hyehwa Station, pertama kami menuju ke Sangbong Station untuk ganti line subway menuju Gapyeong Station, stasiun terdekat ke Nami Island. Ya, sepertinya Gapyeong Station ini letaknya agak di luar kota Seoul. Well, dari Gapyeong Station ini ada beberapa alternatif yang bisa diambil untuk sampai ke gerbang Nami Island. Either you take a walk around 25 min (1,6 km) or 5 min by bus/taxi (kurleb 3000 KRW). Berhubung kami tak mau tepar di hari pertama, kami memilih naik bis saja. Namun bis menuju kesana tak sebanyak bis Nishitetsu yang datang hampir 5 menit sekali. Lama menunggu kami sempat berpikir untuk naik taksi saja, masalahnyaaa..kami fakir bahasa Korea, Sodara-sodara. Namun yang namanya rejeki tak kemana, tak lama datanglah sepasang muda-mudi menghampiri kami dan voila! mereka berbahasa Inggris. Usut punya usut, mereka adalah mahasiswa dari Taiwan yang sedang liburan ke Korea juga. Si cewek ini mahir berbahasa Korea, sayangnya mereka juga *travelerkere yang ingin semuanya serba hemat mat mat mat!! Mereka pun menawari kami untuk naik taksi bersama-sama sehingga biayanya lebih murah!! YIPPI!! Maka nikmat Alloh yang mana lagi yang kamu dustakan, kawan? Tak berlama-lama kami pun hok oh hok oh ngangguk dan segera menuju ke taksi yang parkir di depan Gapyeong Station. Intinya sih, kalo kamu budget traveler dan fakir bahasa, pasang tampang bingung dan pah poh maka akan banyak bantuan datang menghampirimu. Wkwkwkwkwkkk!! Ini jurus pernah juga dipake waktu kami liburan musim panas ke Tokyo tahun sebelumnya. Terbukti ampuh, Sodara-sodara! 

Belum sempat kami ngobrol lebih banyak, tau-tau kami sudah sampai di gerbang Nami Island. Dan disitulah kami berpisah. Masak iya kami berempat mo runtang-runtung kayak tour group gitu. Lagian mereka kan pacaran, lha kitah?? Ah sudahlah tak usah dibahas, bikin hati makin galau. Untuk sampai ke Nami Island, kami harus melewati gerbang imigrasi dulu karena Nami Island sepertinya di-set sebagai “republik terpisah”. Kami harus beli tiket, mereka menyebutnya visa sebesar 8000 KRW dan naik kereta feri menuju pulau kecil di seberang sana. Yang menarik, feri ini dilengkapi dengan bendera-bendera negara yang punya hubungan diplomatik dengan Korea, termasuk Indonesia. Menginjakkan kaki di tanah Nami masih belum kebayang seperti apa isinya. Makin masuk dan masuk, isinya sih smacam miniatur kota dengan segala fasilitasnya. Bahkan ada money changer juga. Terdapat beberapa spot yang konon sering muncul di drama. Sayangnya, dulu saya ga gitu hobi nonton dramanya. Diah lah yang sempat nonton pas waktu mo brangkat ke Korea. Hahaha, alasannya sih biar lebih dapet soul-nya pas udah di Nami. Jadinya ya Diah lah yang jadi tour guide pribadi saya menjelaskan kronologis adegan demi adegan disitu. Saya lebih antusias foto-foto sama bongkahan es dan salju yang tersisa bekas hujan salju beberapa hari yang lalu. Ndeso yo ben!! Karena saya pikir, kapan lagi saya bisa ngrasain salju? Di Fukuoka dipastikan tak akan ada salju di musim dingin ini (nyatanya sih salah, sepulang dari Korea, Fukuoka bersaljuuu!! Meski hanya 2 hari). Diah yang sudah khatam dengan salju waktu di Hokkaido dengan sabar melayani nafsu narsis saya dengan salju. Feel blessed having you as my partner, Dee!! Yang sabar yaa!! #pukpuk


Selamat datanggg!

Landmark khas Nami deh kayaknya..

Maenan salju, literally! #ndeso


Selain bongkahan es dan spot drama, vandalisme yang ada di Nami Island juga menarik perhatian saya. Ternyata orang Korea cukup vandal ya. Terbukti dimana ada area kosong, terdapat coretan-coretan yang saya ga tau pasti apa isinya. Beberapa kali juga sempat membaca tulisan orang Indonesia nangkring disana. Ini sih ga heran saya! Selain itu, pemandangan yang makin bikin keki adalah banyaknya pasangan yang pake baju couple riwa-riwi di sekitar kami. Iya sih, ini Korea! Tapi tapi tapiii.. gatau apa kami ini sepasang cewek yang galau karena lama tak ketemu pacar??!! Hahahaha.. Dan tanpa terasa, hari mulai gelap, kamipun memutuskan kembali ke Seoul, menuju ke Lotte World!! Yeyyyy!! Begitu sampai di depan gerbang Lotte World, semangat kami turun melihat penampakan depannya. Dengan harga setengah hari yang 15.500 KRW, rasanya kok kurang worth to try. Akhirnya diputuskan untuk batal masuk dan makan aja food court dekat Lotte World. Minimal udah sampai depannya lah yaa! Saat antri tiket balik, samar-samar terdengar Nihonjin ngobrol. Dari beberapa kata yang sempat kami tangkap, mereka bingung cara beli tiket subwaynya gimana. Oh my.. ternyata ga cuma kami yang fakir bahasa. Padahal ada petunjuk bahasa Jepangnya lho di mesin tiket. Dengan bahasa Jepang kami yang cukup belepotan, kamipun menawarkan bantuan *merasa ga pah poh kali ini, yeay! 

Batal masuk Lotte World, kami pun tak patah arang dan melanjutkan perjalanan menuju ke SEOUL TOWER! Atau sering juga disebut Namsan Seoul Tower karena letaknya ada di daerah Namsan. Disini kami sudah janjian bertemu dengan teman Korea Maysa. Maysa memberikan mandat kepada kami untuk menyerahkan uang seribuan ke doi sebagai kenang-kenangan. Ini adalah misi penting kenegaraan!! Hahaha. Singkat cerita, kami akhirnya bertemu dengan orang Korea ini (aku bayangin wajahnya ga bakal jauh dari personel Suju atau Rain lah, dan faktanya ga jauh sih emang). Dan sebagai tanda pertemanan, tiket masuk Seoul Tower pun dibayari oleh si doi. Ngalkamdulillah!! Rejeki lagiii!! Tiket seharga 14.000 KRW ini sudah termasuk paket yang meliputi ruang observatorium di atas dan Teddy Bear museum. Di Teddy Bear museum ini digambarkan secara lengkap sejarah Korea sejak jaman kerajaan hingga masa kini. Ini yang punya ide siapa sih, bisa se-detail dan se-keren ini? Namanya juga Teddy Bear Museum, jadi isinya adalah smacam diorama yang diperanin oleh boneka beruang kecil. Puas di museum, kamipun naik ke ruang observatorium. Dari atas sini bisa dilihat landscape Seoul, dengan warna-warni lampu yang memukau siapapun yang melihatnya *agaklebay*. Emang bagusnya kesini malam hari, lebih romantis. Di beberapa tempat ada tulisan yang mengarah ke berbagai ibukota negara di dunia seperti Tokyo berikut dengan jaraknya dari Seoul. Bahagia rasanya melihat Jakarta ada di deretan tulisan itu. Minimal kita dikenal sih oleh orang luar *ya menurut ngana??!! Di banyak sudut terdapat spot untuk para pasangan yang ingin menikmati suasana romantis di tower ini. Di beberapa lokasi juga khusus disediakan “area-ekspresi” dimana kamu bisa beli smacam keramik magnet kecil untuk diberi tulisan dan ditempel di dinding-dinding yang sudah disediakan. Kalo mau yang agak romantis, ada area “Gembok Cinta” yang udah terkenal itu. Sayang, karena Seoul Tower hanya buka sampai jam 11 malam dan teman Korea kami sudah agak lelah karena seharian bekerja, kami pun memutuskan untuk keluar dan berpisah. Tapi kami masih sempat berjanji untuk bertemu lagi sebelum balik ke Fukuoka. 


Jadi inget Janggem


Alih-alih kecapekan dan kembali ke hostel, kami tak mau rugi bandar. Dari Seoul Tower, kami nekat menuju Myeongdong, sekedar jalan-jalan malam *padahal kaki udah ga berasa kaki lagi!! As we expected, ini area isinya hampiiirrrr toko kosmetik semua, mulai dari Etude, Nature Republic, The Face Shop, Holika Holika, dsb. Untungnya kami bukan penggila kosmetik jadi ya hanya menikmati suasananya saja. Hal menarik yang kami temui disini adalah saat melihat mbak-mbak Korea dengan PD-nya memakai short skirt di musim dingin seperti sekarang. Itu SUGOI sekali lho, Mbak!! Kami aja pake baju lapis 3 dan syal, sementara ente? Waow!! Kupikir ga kedinginan, tapi ternyata saat jalan sama temennya, pelukan juga sambil usap-usap lengan tanda kedinginan. Howalahhhh mbak, nek ntar masuk angin gimana coba??! Menjelang tengah malam, kami pun menyerah dan kembali ke hostel setelah sebelumnya membeli mie instan di toko 24 jam. Itadakimasu!! 




Ckckckckk, itu pasti semriwingggg sekali!

Busan-Seoul Trip : Day 3 (06 Januari 2012)


Gyeong Ju City (Seokguram Temple, Bulguksa Temple), BIFF for dinner, Seoul by KTX

Memanfaatkan fasilitas hostel, sarapan kami lakukan di dapur hostel. Roti bakar 2 porsi dan 2 gelas susu. Surga duniaaaa!! Untuk plan hari ini adalah menuju luar kota which is di daerah Gyeong Ju City. Saat kami ceritakan rencana itu kepada sesama penghuni hostel di malam sebelumnya, mereka meragukan “kekuatan” kami. Katanya itu terlalu jauh, nanti pasti kecapekan – apalagi kalo masih harus ke Seoul, bla bla bla.. Embak-embak asli Korea ini belum tahu kalo kami pernah jalan kaki dari Glover Garden menuju Peace Park di Nagasaki. Jadi, rencana ke Gyeong Ju ini dengan yakin kami jalani. Berbekal semangat juang 45, kami berangkat ke stasiun subway, menuju terminal bis. Agak kaget begitu tiba di terminal karena pemandangannya ga beda jauh ama terminal-terminal di Indo, cuma lebih bersih dan lebih tertata. 
Terminal, jurusan Gyeong Ju



Sampai di Gyeong Ju City, kami harus berganti bis lagi menuju ke Seokguram Temple dan Bulguksa Temple yang ternyata ada dalam satu jalur paket perjalanan. Macam Candi Prambanan dengan Candi Boko gitu lah! Dan tibalah kami di Seokguram Temple disambut bongkahan-bongkahan es bekas salju yang turun beberapa hari yang lalu. Usai beli tiket, kami langkahkan kaki dengan ringan menuju temple. Semenit, dua menit, bermenit-menit berlalu tapi sesosok temple itu belum juga terlihat. Ini udah kek perjalanan ke Barat mencari kitab suci aja!! Berjalan dan berjalan, berasa menyusuri jalan tak berujung.. FYI, temple ini ada di puncak bukit dan jalannya masuk macam ke hutan gitu. Herannya, kenapa temple ini begitu famous dan menjadi tempat yang wajib dan tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Gyeong Ju. Menurut ane sih lebih bagusan Candi Boko kemana-mana. Dan benar saja, begitu kami sampai, temple ini hanya terdiri dari beberapa “rumah” atau bangunan khas Korea dengan hiasan warna-warninya. IMHO, nothing interesting kecuali “sudut pesan” dimana kamu bisa nulis apa aja di sebuah genteng khas Korea.. dan bayar!! Ini yang bikin males sebenernya, tapi kok ya sayang udah jauh-jauh kagak ninggal jejak. 


Bangunan gerbang Seokguram/Seokgulam Temple

Di tengah perjalanan mencari kitab suci


Pesan dan kesan di atas genteng

Bulguksa Temple

Dari Gyeong Ju, kami menempuh perjalanan panjang menuju BIFF (again) untuk makan malam. Kali ini kami mau mencoba masakan ayam yang sudah direkomendasikan oleh teman di hostel. Letaknya dekat pintu masuk BIFF depan Jagalchi Market. Kami pesan yang kering dan yang basah. Ayam goreng kering ini bumbunya nendang banget! Macam ayam goreng pedas di Lawson. Kalo yang basah dicampur dengan smacam makanan dari tepung khas Korea. Ahhh, kelamaan kalo harus perhatiin ayamnya lama-lama, udah lapeeeerrr!! Kenyang maem, kami pun dengan semangat 45 kembali ke hostel untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju Seoul dengan Shinkansennya Korea, KTX. Sesampainya di hostel, kami sempatkan untuk mengambil foto semua sudut hostel unyu ini. Sambil internetan *dan makan* gratis. Pukul 19.30 waktu Busan, kami sudah berada di Busan Station dan siap menuju Seoul Station!! SEOUL, here we come!! Pukul 22.30 kami pun sampe di Seoul Station dan segera naik subway menuju Hyehwa Station, stasiun terdekat menuju hostel kami. Dari Hyehwa Station, kami menuju Mr. Sea Backpacker Hostel yang bisa dijangkau dengan jalan kaki. Murah!! Dan teparlah kami malam itu!