Nami Island, Lotte World, Seoul Tower, Myeongdong
Morning,
Seoul!!
Meski 3 hari sebelumnya sudah lelah kesana-kemari di Busan dan Gyeong
Ju, pagi ini semangat kami terbarukan karena kami akan ke NAMI ISLAND hari ini.
YUP! Pulau ini sebenarnya adalah outdoor studio yang digunakan untuk shooting
drama Korea yang paling terkenal pada jamannya, WINTER SONATA! Untuk memudahkan
gerak kami hari itu, kami membeli single Journey ticket subway. Dari Hyehwa
Station, pertama kami menuju ke Sangbong Station untuk ganti line subway menuju
Gapyeong Station, stasiun terdekat ke Nami Island. Ya, sepertinya Gapyeong
Station ini letaknya agak di luar kota Seoul. Well, dari Gapyeong Station ini
ada beberapa alternatif yang bisa diambil untuk sampai ke gerbang Nami Island.
Either you take a walk around 25 min (1,6 km) or 5 min by bus/taxi (kurleb 3000
KRW). Berhubung kami tak mau tepar di hari pertama, kami memilih naik bis saja.
Namun bis menuju kesana tak sebanyak bis Nishitetsu yang datang hampir 5 menit
sekali. Lama menunggu kami sempat berpikir untuk naik taksi saja,
masalahnyaaa..kami fakir bahasa Korea, Sodara-sodara. Namun yang namanya rejeki
tak kemana, tak lama datanglah sepasang muda-mudi menghampiri kami dan voila!
mereka berbahasa Inggris. Usut punya usut, mereka adalah mahasiswa dari Taiwan
yang sedang liburan ke Korea juga. Si cewek ini mahir berbahasa Korea,
sayangnya mereka juga *travelerkere yang ingin semuanya serba hemat mat mat
mat!! Mereka pun menawari kami untuk naik taksi bersama-sama sehingga biayanya
lebih murah!! YIPPI!! Maka nikmat Alloh yang mana lagi yang kamu dustakan,
kawan? Tak berlama-lama kami pun hok oh hok oh ngangguk dan segera menuju ke
taksi yang parkir di depan Gapyeong Station. Intinya sih, kalo kamu budget
traveler dan fakir bahasa, pasang tampang bingung dan pah poh maka akan banyak
bantuan datang menghampirimu. Wkwkwkwkwkkk!! Ini jurus pernah juga dipake waktu
kami liburan musim panas ke Tokyo tahun sebelumnya. Terbukti ampuh,
Sodara-sodara!
Belum sempat kami ngobrol lebih banyak, tau-tau kami sudah
sampai di gerbang Nami Island. Dan disitulah kami berpisah. Masak iya kami
berempat mo runtang-runtung kayak tour group gitu. Lagian mereka kan pacaran,
lha kitah?? Ah sudahlah tak usah dibahas, bikin hati makin galau. Untuk sampai
ke Nami Island, kami harus melewati gerbang imigrasi dulu karena Nami Island
sepertinya di-set sebagai “republik terpisah”. Kami harus beli tiket, mereka
menyebutnya visa sebesar 8000 KRW dan naik kereta feri menuju pulau kecil di
seberang sana. Yang menarik, feri ini dilengkapi dengan bendera-bendera negara
yang punya hubungan diplomatik dengan Korea, termasuk Indonesia. Menginjakkan
kaki di tanah Nami masih belum kebayang seperti apa isinya. Makin masuk dan
masuk, isinya sih smacam miniatur kota dengan segala fasilitasnya. Bahkan ada
money changer juga. Terdapat beberapa spot yang konon sering muncul di drama.
Sayangnya, dulu saya ga gitu hobi nonton dramanya. Diah lah yang sempat nonton
pas waktu mo brangkat ke Korea. Hahaha, alasannya sih biar lebih dapet soul-nya
pas udah di Nami. Jadinya ya Diah lah yang jadi tour guide pribadi saya
menjelaskan kronologis adegan demi adegan disitu. Saya lebih antusias foto-foto
sama bongkahan es dan salju yang tersisa bekas hujan salju beberapa hari yang
lalu. Ndeso yo ben!! Karena saya pikir, kapan lagi saya bisa ngrasain salju? Di
Fukuoka dipastikan tak akan ada salju di musim dingin ini (nyatanya sih salah,
sepulang dari Korea, Fukuoka bersaljuuu!! Meski hanya 2 hari). Diah yang sudah
khatam dengan salju waktu di Hokkaido dengan sabar melayani nafsu narsis saya
dengan salju. Feel blessed having you as my partner, Dee!! Yang sabar yaa!!
#pukpuk.
Selain bongkahan es dan spot drama, vandalisme yang ada di Nami Island
juga menarik perhatian saya. Ternyata orang Korea cukup vandal ya. Terbukti
dimana ada area kosong, terdapat coretan-coretan yang saya ga tau pasti apa
isinya. Beberapa kali juga sempat membaca tulisan orang Indonesia nangkring
disana. Ini sih ga heran saya! Selain itu, pemandangan yang makin bikin keki
adalah banyaknya pasangan yang pake baju couple riwa-riwi di sekitar kami. Iya
sih, ini Korea! Tapi tapi tapiii.. gatau apa kami ini sepasang cewek yang galau
karena lama tak ketemu pacar??!! Hahahaha.. Dan tanpa terasa, hari mulai gelap,
kamipun memutuskan kembali ke Seoul, menuju ke Lotte World!! Yeyyyy!! Begitu
sampai di depan gerbang Lotte World, semangat kami turun melihat penampakan
depannya. Dengan harga setengah hari yang 15.500 KRW, rasanya kok kurang worth
to try. Akhirnya diputuskan untuk batal masuk dan makan aja food court dekat
Lotte World. Minimal udah sampai depannya lah yaa! Saat antri tiket balik,
samar-samar terdengar Nihonjin ngobrol. Dari beberapa kata yang sempat kami
tangkap, mereka bingung cara beli tiket subwaynya gimana. Oh my.. ternyata ga
cuma kami yang fakir bahasa. Padahal ada petunjuk bahasa Jepangnya lho di mesin
tiket. Dengan bahasa Jepang kami yang cukup belepotan, kamipun menawarkan
bantuan *merasa ga pah poh kali ini, yeay!
Batal masuk Lotte World, kami pun
tak patah arang dan melanjutkan perjalanan menuju ke SEOUL TOWER! Atau sering
juga disebut Namsan Seoul Tower karena letaknya ada di daerah Namsan. Disini
kami sudah janjian bertemu dengan teman Korea Maysa. Maysa memberikan mandat
kepada kami untuk menyerahkan uang seribuan ke doi sebagai kenang-kenangan. Ini
adalah misi penting kenegaraan!! Hahaha. Singkat cerita, kami akhirnya bertemu
dengan orang Korea ini (aku bayangin wajahnya ga bakal jauh dari personel Suju
atau Rain lah, dan faktanya ga jauh sih emang). Dan sebagai tanda pertemanan,
tiket masuk Seoul Tower pun dibayari oleh si doi. Ngalkamdulillah!! Rejeki
lagiii!! Tiket seharga 14.000 KRW ini sudah termasuk paket yang meliputi ruang
observatorium di atas dan Teddy Bear museum. Di Teddy Bear museum ini
digambarkan secara lengkap sejarah Korea sejak jaman kerajaan hingga masa kini.
Ini yang punya ide siapa sih, bisa se-detail dan se-keren ini? Namanya juga
Teddy Bear Museum, jadi isinya adalah smacam diorama yang diperanin oleh boneka
beruang kecil. Puas di museum, kamipun naik ke ruang observatorium. Dari atas
sini bisa dilihat landscape Seoul, dengan warna-warni lampu yang memukau
siapapun yang melihatnya *agaklebay*. Emang bagusnya kesini malam hari, lebih
romantis. Di beberapa tempat ada tulisan yang mengarah ke berbagai ibukota
negara di dunia seperti Tokyo berikut dengan jaraknya dari Seoul. Bahagia
rasanya melihat Jakarta ada di deretan tulisan itu. Minimal kita dikenal sih
oleh orang luar *ya menurut ngana??!! Di banyak sudut terdapat spot untuk para
pasangan yang ingin menikmati suasana romantis di tower ini. Di beberapa lokasi
juga khusus disediakan “area-ekspresi” dimana kamu bisa beli smacam keramik
magnet kecil untuk diberi tulisan dan ditempel di dinding-dinding yang sudah
disediakan. Kalo mau yang agak romantis, ada area “Gembok Cinta” yang udah
terkenal itu. Sayang, karena Seoul Tower hanya buka sampai jam 11 malam dan
teman Korea kami sudah agak lelah karena seharian bekerja, kami pun memutuskan
untuk keluar dan berpisah. Tapi kami masih sempat berjanji untuk bertemu lagi
sebelum balik ke Fukuoka.
Alih-alih kecapekan dan kembali ke hostel, kami tak
mau rugi bandar. Dari Seoul Tower, kami nekat menuju Myeongdong, sekedar
jalan-jalan malam *padahal kaki udah ga berasa kaki lagi!! As we expected, ini
area isinya hampiiirrrr toko kosmetik semua, mulai dari Etude, Nature Republic,
The Face Shop, Holika Holika, dsb. Untungnya kami bukan penggila kosmetik jadi
ya hanya menikmati suasananya saja. Hal menarik yang kami temui disini adalah
saat melihat mbak-mbak Korea dengan PD-nya memakai short skirt di musim dingin
seperti sekarang. Itu SUGOI sekali lho, Mbak!! Kami aja pake baju lapis 3 dan
syal, sementara ente? Waow!! Kupikir ga kedinginan, tapi ternyata saat jalan
sama temennya, pelukan juga sambil usap-usap lengan tanda kedinginan.
Howalahhhh mbak, nek ntar masuk angin gimana coba??! Menjelang tengah malam,
kami pun menyerah dan kembali ke hostel setelah sebelumnya membeli mie instan
di toko 24 jam. Itadakimasu!!
Ckckckckk, itu pasti semriwingggg sekali! |
No comments:
Post a Comment