Been 3 months..

YEP!
It's been 3 months since I left Japan, back to my hometown in Indonesia.
Dan you better not asking me how I feel, jangan tanya bagaimana perasaan saya selama 3 bulan terakhir ini di rumah setelah 1 tahun penuh menghabiskan waktu (dan uang pemerintah Jepang) bersama teman-teman yang sungguh luar biasa. Ga cuma temen setumpah darah Indonesia, tapi juga teman yang luar biasa awesome dari seluruh penjuru dunia. Tak pernah terpikir oleh saya yang cuma dari gunung ini kalo saya bisa duduk sekelas bersama gadis-gadis dari kota metropolitan seperti Seoul, Munchen, Stockholm, Leuven, dan sesama gadis tropis dari Bangkok, Hanoi, juga Kandy.

3 bulan dan banyak sekali dari mereka yang menanyakan bagaimana saya menata (kembali) hidup disini sepulang dari Jepang dan itu sangat kurushii...menyakitkan. Partner in crime saya, Diah, dengan sangat bagusnya merangkum hari-hari indah itu di dalam tulisannya. Asli bikin berkaca-kaca!! Thanks a bunch Dee!
Lalu, apa saja yang saya lakukan 3 bulan ini di rumah? Well, it's not easy to pass the post-graduate and post-exchange syndrom at the same time. Seperti yang pernah saya ceritakan, saya menerima beasiswa exchange ini tepat 2 minggu setelah saya wisuda. Jadi kalo kata orang, saya tidak sempat mengalami yang namanya post-graduate syndrom. Alih-alih mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak, saya malah menerima tawaran untuk belajar dari sodara tua kita, Jepang. 



So, back to the topic. Apa kesibukan saya sekarang? Sudahkah saya dapat pekerjaan atau justru menambah beban pemerintah Indonesia sebagai pengangguran? Sejujurnya, itu adalah pertanyaan yang sulit untuk saya jawab. So many things happen, berbagai panggilan wawancara mulai dari PT. Jasa Raharja, Medion, hingga perusahaan retailer terkenal di Jepang, Uniqlo pernah mampir di e-mail saya. Tapi ternyata, visa untuk (kembali) keluar dari rumah, mendapat pekerjaan jauh dari orang tua sangat susah saya dapatkan. Sayapun harus bisa menepis ego saya untuk kembali sekolah di Jepang. Bagi saya, prioritas saya saat ini adalah membahagiakan orang tua, caranya? dengan tetap stay di rumah. Hahahaha #alibi. No, it's true! Lagi-lagi saya harus bersyukur memiliki orang tua yang tidak "gila pangkat" dan "pegawai minded". Beliau-beliau selalu menekankan bahwa pengertian "bekerja" itu tidak harus jadi pegawai, tidak harus berseragam, tidak harus duduk di balik meja kantor. As long as you get money and could manage it well for life, it's enough! #BIGhugs4Dad&Mom. Makanya, sayapun akhirnya memutuskan untuk tidak lagi berkelana, menjadi pencari kerja disana-disana #beAgooddaughter ^^


Hinggaaaa..si mas pacar datang membawa kabar gembira. SAYA DILAMAR! Oh My God! >>__<<


CaMer datang ^^
Keluarga Besar Mas Pacar
It was the best day in my life (so far), xixixi..


Tanpa banyak ba-bi-bu lagi, Bapak camer mengutarakan maksud dan tujuannya dan dicapailah sebuah kesepakatan bahwa saya dan mas pacar akan dinikah-kawinkan tahun ini. Bukan tanpa alasan dan pertimbangan matang mas pacar memutuskan untuk melamar sekarang. Sempet gontok-gontokan juga saat membahas masa depan kami berdua. Itu semua off the record aja deh. Yang jelas, itu semua makin mendewasakan kita dan yang pasti bikin tambah sayang sama mas pacar ^^. Jadi, selain berusaha mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan rumah, saya juga disibukkan dengan persiapan pernikahan. Paling tidak ini cukup sedikit menepis keinginan saya yang menggebu-gebu untuk mengejar impian kembali ke Jepang. Merubah planning jangka pendek maupun jangka panjang dengan memasukkan kata "bersama camisua" ke dalamnya ^^